Rabu, 21 November 2012

Makna Denotasi & Makna Konotasi


A. Makna Denotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
         Contoh :
·         Adik makan nasi.
              Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
·         Adik minum susu setiap pagi supaya sehat 
              Makna denotasinnya adalah kata Minum 
·         Harga kambing hitam itu sangat mahal
      Makna denotasinya adalah kambing yang berwarna hitam

B. Makna Konotasi
Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Makna konotasi adalah makna kiasan.
1.      Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing hitam. (kambing hitam bermakna orang yang dipersalahkan)
2.      Anak itu berangkat besar ketika ayahnya pergi ke Jepang. ( berangkat bermakna beranjak atau mulai menjadi )
3.      Bunga desa itu sudah menjadi karyawan bank.(Kata “bunga desa” bermakna sesuatu yang dianggap cantik) 

Berikut adalah contoh-contoh kata yang bermakna denotasi dan konotasi
1) meluap
denotasi : Banjir yang terjadi kemarin disebabkan oleh air sungai yang meluap tak mampu dikendalikan oleh
                 tanggul yang ada disekitanya.
konotasi : Kemarahan Pak Budi makin hari tambah meluap karena masalah yang diperbantahkan itu tidak pernah
                 menemukan titik permasalahannya.
2) penuh
denotasi : Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pusat hiburan itu telah terisi penuh oleh pemukiman
                 penduduk.
konotasi : Pekerjaan itu dilakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
3) naik
denotasi : Pak Halim pergi ke Makassar dengan naik mobil pribadi.
konotasi : Naik turunnya harga barang sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan konsumen.
4) tumbuh
denotasi : Pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah Pak Ilham memiliki buah yang besar-besar.
konotasi : Kondisi perekonomian Indonesia mulai tumbuh sejak beralihnya sistem pemerintahan ke era reformasi.
5) atas
denotasi : Di atas pohon yang rindang itu ada terdapat beberapa sarang burung hantu.
konotasi : Irama yang muncul pada permukaan tembok itu ditimbulkan atas beberapa perpaduan warna
6) kendali
denotasi : Nakhoda memberikan instruksi kepada para penumpang kapal agar waspada, sebab kendali dalam kapal
                 sedang mengalami gangguan.
konotasi : Peristiwa itu terjadi saat dirinya telah kehilangan kendali.(kontrol)
7) panas
denotasi : Permukaan kulit pada anak itu lecet akibat tersiram air panas.
konotasi : Suhu dalam ruangan itu semakin panas ketika peserta diskusi dalm ruangan itu saling beradu argumen.
                 (panas=ketegangan)

8) hancur
denotasi : Mainan anak pak lurah hancur terinjak mobil.
konotasi : Semua perkataannya kedengaran hancur akibat terbawa emosi .(hancur= tidak masuk akal).
9) arus
denotasi : Adik terseret arus yang sangat deras saat menyeberang sebuah sungai di tepi rumahnya.
konotasi : Arus balik pada lebaran tahun depan diprediksikan akan lebih banyak dibandingkan tahun kemarin.   
                (arus=sistem)
10) hangus
denotasi : Bau hangus itu dihasilkan dari pembakaran sisa-sisa plastik dan kertas yang ada di tepi jalan itu.
konotasi : Semua dana yang dianggarkan telah hangus akibat program kerja yang tidak tertata dengan rapi.
                (hangus=ludes)

C. Makna Idiomatik (Ungkapan)
Ungkapan adalah gabungan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat diturunkan dari makna kata-kata yang membentuknya, seperti buah mulut, mata hati, jantung hati, dan sebagainya. Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya.
Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya.
Contoh ungkapan dan artinya:
a. Buah bibir = bahan pembicaraan
    Akibat peristiwa kemarin, ia menjadi buah bibir di desanya.
b. Berhati baja = berpendirian teguh
    Walaupun banyak rintangan yang menghadang,Arman tetap berhati baja menyelesaikan permasalahannya    
    Sendiri.
c. Buah hati = anak kesayangan
    Dimas adalah buah hati Pak Agus yang selalu dimanja.
d. Banting tulang = kerja keras
    (Buat contoh kalimat)
e. Gulung tikar = bangkrut
   
(Buat contoh kalimat)
f. Angkat kaki = pergi
   
(Buat contoh kalimat)
g. Naik pitam = marah
   
(Buat contoh kalimat)
h. Buah bibir = topik pembicaraan
   
(Buat contoh kalimat)
i. Angkat tangan = menyerah
    (Buat contoh kalimat)
j. Meja hijau = pengadilan
   
(Buat contoh kalimat)
k. Buah tangan = oleh-oleh
    (Buat contoh kalimat)
l. Kutu buku = orang yang suka baca buku
    (Buat contoh kalimat)
m. kepala dingin = tenang

Frasa & Klausa


Frase dan Klausa

A.      Frase
Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Misalnya:

§  ayam hitam saya
§  ayam hitam
§  ayam saya
§  rumah besar itu
§  rumah besar putih itu
§  rumah besar di atas puncak gunung itu
§  akan datang
§  kemarin pagi
§  yang sedang menulis

Dalam konstruksi frasa-frasa di atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya dibandingkan dengan beberapa klausa di bawah ini:
§  ayam saya hitam
§  rumah itu besar
§  rumah besar itu putih
§  rumah putih itu besar
§  rumah besar itu di atas puncak gunung

Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu
1.      Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
2.      Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.

Macam-macam frase:
a.       Frase endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
a)      Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya:       kakek-nenek                           pembinaan dan pengembangan
                       laki bini                                  belajar atau bekerja
b)      Frase endosentrik  yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.
Misalnya:       perjalanan panjang
                       hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya merupakan atributif.
c)      Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).

b.      Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
                        Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas

c.    Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.
1.       Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.
                Misalnya: baju baru, rumah sakit
2.       Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.
                Misalnya: akan berlayar
3.       Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.
                Misalnya: dua butir telur, sepuluh keping
4.       Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.
                Misalnya: tadi pagi, besok sore
5.       Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau      
          frase sebagai aksinnya.
                Misalnya: di halaman sekolah, dari desa

B.     Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) baik disertai objek (O), dan keterangan (K), serta memilki potensi untuk menjadi kalimat. Misalnya: banyak orang mengatakan. Unsur inti klausa ialah subjek (S) dan predikat (P).
Penggolongan klausa:
1.       Berdasarkan unsur intinya
2.       Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat
3.       Berdasarkan kategori kata atau frase yang menduduki fungsi predikat